Sabtu, 21 Februari 2015

SOSIALISASI POLITIK
&
KOMUNIKASI POLITIK
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sosiologi Politik
Dosen : Popon Munawaroh,S.HI.,M.H






                                                                                            
Disusun Oleh:
Imas Siti Julaeha
AN/III/D
1138010126
Indah Fajar
AN/III/D
1138010127
Indah Lestari
AN/III/D
1138010128
Indra Nugraha
AN/III/D
1138010129
Miss. Ramelah
AN/III/D



ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN
Latar Belakang...........................................................................................................................
Rumsan Masalah........................................................................................................................
Tujuan........................................................................................................................................
BAB II: PEMBAHASAN
Pengertian Sosialisasi Politik...................................................................................................
Metode dan Proses Sosialisasi Politik........................................................................................
Perkembangan Sosialisasi Politik.............................................................................................
Pengertian Komunikasi Politik..................................................................................................
Unsur-Unsur Komunikasi Politik...............................................................................................
BAB III: PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................





KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Makalah ini berjudul "Sosialisasi Politik Dan Komunikasi Politik”. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada  Nabi kita, Muhammad SAW, keluarga serta sahabatnya dan akhirnya kepada kita sebagai umat yang tunduk terhadap ajarannya.
“ Tak ada Gading yang Tak Retak” begitulah kata pepatah. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, dan kepada Allah-lah segala kekurangan makalah ini dikembalikan, dan mudah-mudahan makalah ini bermanfaat.







                                                                                      Bandung, 11 Oktober 2014
                                                                                    
                                                                                                               Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banyak pandangan atau pendapat dari para ahli ilmuwan antara lainnya yaitu Sosialisasi politik menurut Almond ( Mochtar Mas’oed dan Colin Mac Andrew’s, 2001 ) adalah bagian dari proses sosialisasi yang khusus membentuk nilai-nilai politik, yang menunjukan bagaimana seharusnya masing-masing anggota masyarakat berpartsipasi dalam sistem politiknya.
Michael Rush dan Phillip Althoff merupakan dua orang yang memperkenalkan teori sosialisasi politik melalui buku mereka Pengantar Sosiologi Politik. Dalam buku tersebut, Rush dan Althoff menerbitkan terminologi baru dalam menganalisis perilaku politik tingkat individu yaitu sosialisasi politik.sosialisasi politik merupakan instrumen yang berupaya melestarikan sebuah sistem politik. Melalui serangkaian mekanisme dalam sosialisasi politik, individu dari generasi selanjutnya dididik untuk memahami apa, bagaimana, dan untuk apa sistem politik yang berlangsung di negaranya masing-masing berfungsi untuk diri mereka.
Seiring kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin berubah pesat, segala hal telah diungkap. Dulu misteri sekarang terjadi dan terbuka. Dulu stagnan sekarang sudah semakin lari jauh. Begitu pun dengan ilmu komunikasi, pada awalnya komunikasi hanya sebatas proses interaksi personal yang meliputi intra dan antarpersonal. Namun saat ini jauh lebih dari itu.
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka. Dalam praktiknya, komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik. Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar sosal kenaikan BBM, ini merupakan contoh kekentalan komunikasi politik. Sebab, sikap pemerintah untuk menaikkan BBM sudah melalui proses komunikasi politik dengan mendapat persetujuan DPR, Tema politik yang tiap hari masuk ke dalam pikiran kita melalui media cetak maupun elektronik, menuntut kita untuk dapat memahami lebih jauh tentang komunikasi politik. Hal ini penting agar perbincangan kita tentang politik dalam aktifitas seharian tidak hanya sekedar sebagai bahan perbincangan tanpa makna, melainkan pembicaraan tersebut dapat menghasilkan pemahaman yang baik tentang apa dan bagaimana hak-hak politik masyarakat dapat terwujudkan. Oleh karena itu, mendalami ilmu tentang komunikasi politik menjadi kajian yang sangat penting bagi siapa saja khususnya mahasiswa yang mendalami studi ilmu komunikasi politik.
B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan sosialisasi politik?
2.      Bagaimana proses sosialisasi politik?
3.      Mengapa sosialisasi politik itu penting?
4.      Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik?
5.      Bagaimana proses komunikasi politik?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa itu sosialisasi politik.
2.      Untuk mengetahui proses sosialisasi politik itu seperti apa
3.      Seberapa pentingnya sosialisasi politik.
4.      Mengetahui pengertian komunikasi.
5.      Untuk mengetahui proses komunikasi politik.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosialisasi Politik      
1. Pengertian Sosialisasi
Menurut Karel J.Veeger sosialisasi adalah suatu proses belajar mengajar.
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. sejumlah sosilog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peran (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu: [1]
a. Sosialisasi Primer
Peter L. Berger dan Luckman mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

b. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Bentuk-bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.
2.   Pengertian Politik
menurut Rod Hague Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya.
Menurut Andrew Heywood politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala komflik dan kerjasama.[2]
3. Pengertian Sosialisasi Politik
Michael Rush dan Phillip Althoff merupakan dua orang yang memperkenalkan teori sosialisasi politik melalui buku mereka Pengantar Sosiologi Politik. Dalam buku tersebut, Rush dan Althoff menerbitkan terminologi baru dalam menganalisis perilaku politik tingkat individu yaitu sosialisasi politik. sosialisasi politik merupakan instrumen yang berupaya melestarikan sebuah sistem politik. Melalui serangkaian mekanisme dalam sosialisasi politik, individu dari generasi selanjutnya dididik untuk memahami apa, bagaimana, dan untuk apa sistem politik yang berlangsung di negaranya masing-masing berfungsi untuk diri mereka.
Robinson yang diangkat oleh Alexis S. Dalam bukunya mass Communication thesories and research menyatakan bahwa “Sosialisasi politik adalah proses perubahan perilaku yang berhubungan erat dengan proses belajar”. [3]
David Easten dan Jack Dennis  menyatakan bahwa “Sosialisasi politik adalah proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah laku”. Sosialisasi politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali sistem politik yang kemudian menentukan persepsi serta reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sistem politik dapat saja berupa input politik, output politik, maupun orang-orang yang menjalankan pemerintahan. fungsi sosialisasi politik menurut rushdan Althoff adalah sebagai berikut:
1.      Melatih Individu
2.      Memelihara Sistem Politik
            Sosialisasi politik melatih individu dalam memasukkan nilai-nilai politik yang berlaku di dalam sebuah sistem politik. Misalnya di Indonesia menganut ideologi negara yaitu Pancasila. Oleh sebab itu sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi diberlakukan pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Ini merupakan proses pelatihan yang dilakukan negara terhadap warga negaranya. Pelatihan ini memungkinkan individu untuk menerima atau melakukan suatu penolakan atas tindakan pemerintah, mematuhi hukum, melibatkan diri dalam politik, ataupun memilih dalam pemilihan umum. [4]
Selain itu, sosialisasi politik juga bertujuan untuk memelihara sistem politik dan pemerintahan yang resmi. Apa jadinya suatu negara atau bangsa jika warga negaranya tidak tahu warna bendera sendiri, lagu kebangsaan sendiri, bahasa sendiri, ataupun pemerintah yang tengah memerintahnya sendiri ? Mereka akan menjadi warga negara tanpa identitas, tentunya.
Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik, Rush dan Althoff menyuratkan tiga cara yaitu:
1.      Imitasi
Melalui imitasi, seorang individu meniru terhadap tingkah laku individu lainnya. Misalnya, Gus Dur adalah anak dari K.H. Wahid Hasyim dan cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy’ari. Gus Dur sejak kecil akrab dengan lingkungan pesantren dan budaya politik Nahdlatul Ulama, termasuk dengan kiai-kiainya. Budaya tersebut mempengaruhi tindakan-tindakan politiknya yang cenderung bercorak Islam moderat seperti yang ditampakan oleh organisasi Nahdlatul Ulama secara umum.
2.      Intruksi
Cara melakukan sosialisasi politik yang kedua adalah instruksi. Gaya ini banyak berkembang di lingkungan militer ataupun organisasi lain yang terstruktur secara rapi melalui rantai komando. Melalui instruksi, seorang individu diberitahu oleh orang lain mengenai posisinya di dalam sistem politik, apa yang harus mereka lakukan, bagaimana, dan untuk apa. Cara instruksi ini juga terjadi di sekolah-sekolah, dalam mana guru mengajarkan siswa tentang sistem politik dan budaya politik yang ada di negara mereka.
3.      Motivasi
Cara melakukan sosialisasi politik yang terakhir adalah motivasi. Melalui cara ini, individu langsung belajar dari pengalaman, membandingkan pendapat dan tingkah sendiri dengan tingkah orang lain. Dapat saja seorang individu yang besar dari keluarga yang beragama secara puritan, ketika besar ia bergabung dengan kelompok-kelompok politik yang lebih bercorak sekular. Misalnya ini terjadi di dalam tokoh Tan Malaka. Tokoh politik Indonesia asal Minangkabau ini ketika kecil dibesarkan di dalam lingkungan Islam pesantren, tetapi ketika besar ia merantau dan menimba aneka ilmu dan akhirnya bergabung dengan komintern. Meskipun menjadi anggota dari organisasi komunis internasional, yang tentu saja bercorak sekular, ia tetap tidak setuju dengan pendapat komintern yang menilai gerapak pan islamisme sebagai musuh. Namun, tetap saja tokoh Tan Malaka ini menempuh cara sosialisasi politik yang bercorak motivasi.

B. Proses dan Agen Sosialisasi Politik
Dalam kegiatan sosialisasi politik dikenal yang namanya agen. Agen inilah yang melakukan kegiatan memberi pengaruh kepada individu. Rush dan Althoff menggariskan terdapat lima agen sosialisasi politik yang umum diketahui, yaitu:
1.      Keluarga
Keluarga merupakan primary group dan agen sosialisasi utama yang membentuk karakter politik individu oleh sebab itu  mereka adalah lembaga sosial yang paling dekat. Peran ayah, ibu, dan saudara, memberi pengaruh yang tidak kecil terhadap pandangan politik satu individu. Tokoh Sukarno misalnya, memperoleh nilai-nilai penentangan terhadap Belanda melalui ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunya, yang merupakan keluarga bangsawan Bali menceritakan kepahlawanan raja-raja Bali dalam menentang Belanda di saat mereka tengah berbicara. Cerita-cerita tersebut menumbuhkan kesadaran dan semangat Sukarno untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsanya yang terjajah oleh Belanda.
2.      Sekolah
Selain keluarga, sekolah juga menempati posisi penting sebagai agen sosialisasi politik. Sekolah merupakan secondary group. Kebanyakan dari kita mengetahui lagu kebangsaan, dasar negara, pemerintah yang ada, dari sekolah. Oleh sebab itu, sistem pendidikan nasional selalu tidak terlepas dari pantauan negara oleh sebab peran pentingnya ini.
3.      Peer Group. 
Agen sosialisasi politik lainnya adalah peer group. Peer group masuk kategori agen sosialisasi politik Primary Group. Peer group adalah teman-teman sebaya yang mengelilingi seorang individu. Apa yang dilakukan oleh teman-teman sebaya tentu sangat mempengaruhi beberapa tindakan kita, bukan ? Tokoh semacam Moh. Hatta banyak memiliki pandangan-pandangam yang sosialistik saat ia bergaul dengan teman-temannya di bangku kuliah di Negeri Belanda. Melalui kegiatannya dengan kawan sebaya tersebut, Hatta mampu mengeluarkan konsep koperasi sebagai lembaga ekonomi khas Indonesia di kemudian hari. Demikian pula pandangannya atas sistem politik demokrasi yang bersimpangan jalan dengan Sukarno di masa kemudian.

4.      Media Massa
 Media massa merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Tidak perlu disebutkan lagi pengaruh media massa terhadap seorang individu. Berita-berita yang dikemas dalam media audio visual (televisi), surat kabat cetak, internet, ataupun radio, yang berisikan perilaku pemerintah ataupun partai politik banyak mempengaruhi kita. Meskipun tidak memiliki kedalaman, tetapi media massa mampun menyita perhatian individu oleh sebab sifatnya yang terkadang menarik atau cenderung ‘berlebihan.’
5.      Pemerintah
Pemerintah merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Pemerintah merupakan agen yang punya kepentingan langsung atas sosialisasi politik. Pemerintah yang menjalankan sistem politik dan stabilitasnya. Pemerintah biasanya melibatkan diri dalam politik pendidikan, di mana beberapa mata pelajaran ditujukan untuk memperkenalkan siswa kepada sistem politik negara, pemimpin, lagu kebangsaan, dan sejenisnya. Pemerintah juga, secara tidak langsung, melakukan sosialisasi politik melalui tindakan-tindakannya. Melalui tindakan pemerintah, orientasi afektif individu bisa terpengaruh dan ini mempengaruhi budaya politiknya.
6.      Partai Politik
Partai politik adalah agen sosialisasi politik secondary group. Partai politik biasanya membawakan kepentingan nilai spesifik dari warga negara, seperti agama, kebudayaan, keadilan, nasionalisme, dan sejenisnya. Melalui partai politik dan kegiatannya, individu dapat mengetahui kegiatan politik di negara, pemimpin-pemimpin baru, dan kebijakan-kebijakan yang ada.
Sosialisasi politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap pembentukan jati diri atau kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung menunjuk pada proses-proses pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi yang di dalam bentuk dan isinya bersifat politik. Proses sosialisasi itu ada dua yaitu: proses sosialisasi tidak langsung dan proses sosialisasi langsung. Proses sosialisasi politik tidak langsung meliputi metode belajar berikut:[5]
1. Pengoperasian Interpersonal
Mengasumsikan bahwa anak mengalami proses sosialisasi politik secara eksplisitdalam keadaan sudah memiliki sejumlah pengalaman dalam hubungna-hubungan dan pemuasan-pemuasan interpersonal.
2. Magang
Metode belajat magang ini terjadi katrna perilau dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh di dalam situasi-situasi non politik memberikan keahlian-keahlian dan nilai-nilai yang pada saatnya dipergunakan secara khusus di dalam konteks yang lebih bersifat politik.
2. Generalisasi
Terjadi karena nilai-nilai social diperlakukan bagi bjek-objek politik yang lebih spesifik dan dengan demikian membentuk sikap-sikap politik terentu.
Proses sosialisasi langsung terjadi melalui:
1.       Imitasi
Merupakan mode sosiaisasi yang paling ekstensif dan banyak dialami anak sepanjang perjalanan hidup mereka. Imitasi dapat dilakukan secara sadar dan secara tidak sadar.
2.       Sosialisasi Politik Antisipatoris
Dilakukan untuk mengantisipasi peranan-peranan politik yang diinginkan atau akan diemban oleh actor. Orang yang berharap suatu ketika menjalani pekerjaan-pekerjaan professional atau posisi social yang tinggi biasanya sejak dini sudah mulai mengoper nilai-nilai dan pola-pola perilaku yang berkaitan dengan peranan-peranan tersebut.
3.      Pendidikan Politik
Inisiatif mengoper orientasi-orientasi politik dilakukan oleh “socialiers” daripada oleh individu yang disosialisasi. Pendidikan politik dapat dilakukan di keluarga, sekolah, lembaga-lembaga politik atau pemerintah dan berbagai kelompok dan organisasi yang tidak terhitung jumlahnya. Pendidikan politik sangat penting bagi kelestarian suatu system politik. Di satu pihak, warga Negara memerukan informasi minimaltentang hak-hak dan kewajiban yang mereka mliki untuk dapat memasuki arena kehidupan politik. Di lain pihak, warga Negara juga harus memperoleh pengetahuan mengenai seberapa jauh hak-hak mereka telah dipenuhi oleh pemerintah dan jika hal ini terjadi, stabilitas politik pemerintahan dapat terpelihara.
4.      Pengalaman Politik
Kebanyakan dari apa yang oleh seseorang diketahui dan diyakini sebagai politik pada kenyataannya berasal dari pengamatan-pengamatan dan pengalamn-pengalamannya didalam proses politik.[6]
C.   Perkembangan Sosialisasi Politik
Perkembangan sosiologi politik diawali pada masa kanak-kanak atau remaja. Hasil riset David Easton dan Robert Hess mengemukakan bahwa di Amerika Serikat, belajar politik dimulai pada usia tiga tahun dan menjadi mantap pada usia tujuh tahun. Tahap lebih awal dari belajar politik mencakup perkembangan dari ikatan-ikatan lingkungan,, seperti "keterikatan kepada sekolah-sekolah mereka", bahwa mereka berdiam di suatu daerah tertentu. Anak muda itu mempunyai kepercayaan pada keindahan negerinva, kebaikan serta kebersihan rakyatnya. Manifestasi ini diikuti oleh simbol-simbol otoritas umum, seperti agen polisi, presiden, dan bendera nasional. Pada usia sembilan dan sepuluh tahun timbul kesadaran akan konsep yang lebih abstrak, seperti pemberian suara, demokrasi, kebebasan sipil, dan peranan warga negara dalam sistem politik.  
Peranan keluarga dalam sosialisasi politik sangat penting. Menurut Easton dan Hess, anak-anak mempunyai gambaran yang sama mengenai ayahnya dan presiden selama bertahun-tahun di sekolah awal. Keduanya dianggap sebagai tokoh kekuasaan. Easton dan Dennis mengutarakan ada 4 (empat) tahap dalam proses sosialisasi politik dari anak,  yaitu sebagai berikut. 

1.      Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua anak, presiden dan polisi. 
2.      Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang ekternal, yaitu antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah.  
3.       Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal, seperti kongres (parlemen), mahkamah agung, dan pemungutan suara (pemilu).  
4.       Perkembangan pembedaan antara institusi-institusi politik dan mereka yang terlibat dalam aktivitas yang diasosiasikan dengan institusi-institusi ini.[7]

D.   Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi politik (Political Communication) merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu yang berbeda, namun terkait sangat erat, yakni Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik. Oleh karena itu, sebelum memasuki pembahasan tentang pengertian dan proses komunikasi politik, dibahas lebih dulu tentang pengertian komunikasi dan politik.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik langsung maupun tidak langsung. Berbagai definisi tentang komunikasi antara lain : "Who says what in which channel to  whom and with what effects" artinya "siapa mengatakan apa melalui saluran mana kepada siapa dan dengan pengaruh apa" (Harold Lasswell) dan "saling berbagi informasi, gagasan, atau sikap" (Wilbur Schramm). Dibahas pula tentang fungsi, jenis, komponen, dan proses komunikasi secara umum.
Definisi komunikasi politik juga terdapat keberagaman. Misal, Dan Nimmo mendefinisi komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Definisi ini menggunakan pendekatan konflik (baca: pandangan politik).
Roelofs (dalam Sumarno & Suhandi, 1993) mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang materi pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah kekuasaan dan penempatan pada lembaga-lembaga kekuasaan (lembaga otoritatif). Definisi ini menggunakan pendekatan kekuasaan dan kelembagaan (baca: pandangan politik).
  Dengan demikian, kita bisa mendefinisikan komunikasi politik berdasarkan pandangan politik (klasik, kekuasaan, kelembagaan, fungsionalis, atau konflik) yang kita gunakan/yakini. Untuk itu saya mengusulkan definisi komunikasi politik sebagai berikut: proses komunikasi yang menyangkut interaksi pemerintah dan masyarakat, dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. (baca juga batasan-batasan definisi politiknya).
a.       Komunikasi Dalam Arti Sempit
            Setiap jenis penyampaian pesan, baik dalam bentuk lambang-lambang yang tertulis ataupun yang tidak tertulis, dalam bentuk kata-kata terucapkan, atau dalam bentuk isyarat yang dapat mempengaruhi secara langsung kedudukan seseorang yang ada dalam puncak suatu struktur kekuasaan dalam suatu sistem .
            Dalam konteks yang sempit (specific), komunikasi politik merupakan proses komunikasi yang berlangsung dalam suatu sistem politik, yakni interaksi yang terjadi di dalam sistem politik dan lingkungannya dan melibatkan struktur yang ada di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan acara Barometer di SCTV yang mengangkat tema “Pansus Bank Century, Kemana Akan Berunjung?”.
Menurut pendapat saya, cuplikan acara barometer termasuk dalam komunikasi politik dengan arti sempit karena hanya melakukan interaksi dengan orang-orang yang berada dalam suatu sistem politik. Peserta dalam acara tersebut yaitu : Gayus Lumbuun (Wakil Ketua Pansus century), Bambang Soesatyo (Anggota Pansus dari Fraksi Gerindra), Andi Rakhmat (Anggota Pansus dari Fraksi PKS), Benny K. Harman (Anggota Pansus dari Fraksi Demokrat), Sebastian Salang (Mewakili Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia / Formappi), dan Arbi Sanit (Pengamat Politik. Selain itu, penonton yang hadir dalam acara tersebut adalah mahasiswa dari ATMAJAYA dan Universitas Indonesia (UI).
Dalam acara Barometer di SCTV, mereka (para anggota fraksi dari berbagai partai politik) saling berinteraksi untuk membahas bagaimana proses berjalannya kasus Bank Century. Pengamat politik dan wakil dari Formappi juga memberikan pendapat tentang kinerja para anggota pansus Bank Century. Kemudian dalam acara tersebut juga terdapat mahasiswa yang merupakan kelompok penekan dalam suatu sistem politik. Sehingga, cuplikan acara tersebut dapat dikategorikan sebagai komunikasi politik dalam arti sempit.
b. Komuniaksi Dalam Arti Luas
            Setiap jenis penyampaian pesan-pesan politik dari suatu sumber kepada sejumlah penerima, baik dalam bentuk kata-kata terucapkan atau dalam bentuk tertulis ataupun dalam bentuk lambang-lambang,
            Komunikasi politik dalam arti luas meliputi setiap bentuk penyampaian pesan politik, baik berupa lambang, kata-kata yang terucapkan ataupun tertulis, atau melalui pesan-pesan visual, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada sejumlah sasarannya. Tidak dipersoalkan siapa yang menjadi aktor dan saluran apa yang digunakan tetapi yang ditekankan adalah bahwa pesan yang digunakan adalah pesan-pesan politik.
Menurut pendapat saya, video tentang ”Hari Anti-Korupsi Penuntutan Penyelesaian Kasus Bank Century” merupakan gambaran komunikasi dalam arti luas. Dalam video tersebut berbagai lapisan masyarakat memberikan pesan politik baik secara lisan maupun tertulis. Sarana yang mereka gunakan pun bermacam-macam. Ada yang menggunakan spanduk, poster, meneriakan yel-yel dengan pengeras suara, membuat tulisan di karton berukuran besar, memakai ikat kepala yang terdapat tulisan pesan-pesan politik, membawa bendera, dan lain-lain. Semua itu mereka lakukan agar pesan-pesan politik sampai pada sasarannya.[8]

E.    Unsur-Unsur Komunikasi Politik
1.      Komunikator.
Komunikator adalah oarng yang mempunyai motif komunikasi dan komunikator mempunyai 3 unsur yaitu manusia, yang mempaikan pesan,dan untuk mewujudkan motif komunikanya. komunikator terdiri dari Satu orang, Banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang Apabila lebih dari satu orang yakni banyak orang- dimana mereka relatif saling kenal sehingga terdapat ikatan emosional yang kuat dalam kelompoknya,maka kumpulan banyak orang ini kita sebut kelompok kecil (saling kenal) . Atau banyak orang – realtif tidak saling kenal secara pribadi dan karenanya ikatan emosionalnya kurang kuat, maka kita sebut sebagai kelompok besar atau publik (tidak saling kenal).
2.      Pesan
Pesan adalah segala hasil penggunaan akal budi manusia yang di sampaikan untuk mewujudkan motif komunikasinya. pesan itu bersifat abstrak. lambang – lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan, yakni wujud konkret dari pesan, berfungsi mewujudkan pesan yang abstrak menjadi konkret. lambang-lambang komunikasi ada dua jenis umum dan khusus, yang umum adalah mimik,gerak gerik lazim digolongkan dalam pesan nonverbal,sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan dikelompokkan dalam pesan verbal sedangkan khusus yaitu nada, gambar, dan warna. makna pesan terbagi dua yaitu, konotatif makna yang terikat dengan konotasi, dan denotatif makna sebagai mana adanya. semakin akrab dengan seseorang semakin verbal atau konotatif dan sebaliknya semakin jauh dengan seseorang maka semakin banyak nonverbal yang dipakai atau denotatif.
3.      Saluran
Saluran adalah jalan yang dilalui pesan komunikator oleh sampai kekomunikannya. Terdapat dua jalan agar pesan komunikator sampai kekomunikannya, yaitu tanpa media atau dengan media. Media yang dimaksud adalah media komunikasi, media adalah bentuk jamak dari medium. Medium komunikasi yaitu alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai kekomunikan. Saluran komunikasi terbagi menjadi dua yaitu: Tatap Muka yang Menyampaikan isi pertanyaan yang berkaitan dengan kepentingannya (aktivitas komunikasi) berupa pertemuan tatap muka, forum, Diskusi panel, Rapat, Ceramah sedangkan dengan Media Terdiri dari media massa yaitu periodik (terbit atau berharap)
4.      Efek
Efek adalah efek komunikasi yaitu sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan yaitu:
1.      Kognitif
2.      afektif
3.      konatif [9]

















BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan
Jadi sosialisasi politik merupakan instrumen yang berupaya melestarikan sebuah sistem politik. Melalui serangkaian mekanisme dalam sosialisasi politik, individu dari generasi selanjutnya dididik untuk memahami apa, bagaimana, dan untuk apa sistem politik yang berlangsung di negaranya masing-masing berfungsi untuk diri mereka. Dan ada 4 (empat) tahap dalam proses sosialisasi politik dari anak,  yaitu sebagai berikut.
1.      Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua anak, presiden dan polisi.
2.      Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang ekternal, yaitu antara pejabat  swasta dan pejabat pemerintah.
3.      Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal, seperti kongres (parlemen), mahkamah agung, dan pemungutan suara (pemilu).
4.      Perkembangan pembedaan antara institusi-institusi politik dan mereka yang terlibat dalam aktivitas yang diasosiasikan dengan institusi-institusi ini. 
Kemudian Sosialisasi politik itu sangat penting karena sosialisasi politik  merupakan di mana seseorang dapat mengetahui berbagai macam pengetahuan dari interaksi dengan lingkungan masyarakatnya, baik pengetahuan moral, nilai-nilai dan pola sikap perilaku politiknya.
    Proses sosialisasi politik juga dapat terjadi melalui kelompok-kelompok senggang dan media massa. Agen-agen sosialisasi tersebut menghasilkan atau membentuk suatu pengetahuan ,nilai-nilai dan sikap-sikap politik suatu individu dan kelompok dalam suatu masyarakat.
Sedangkan komunikasi politik yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik langsung maupun tidak langsung. Cara mudah untuk menggambarkan proses komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1.      Who
2.      Says What (apa yang dibicarakan)
3.      In which channel (menggunakan saluran apa)
4.      To Whom (kepada siapa)
5.      With what effect (bagaimana pengaruhnya).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang biasa terdapat dalam semua komunikasi yaitu adanya: Komunikator, Pesan, Saluran dan Efek.














DAFTAR PUSTAKA
1.      Anggara,Sahya. 2013. Sistem Politik Indonesia.Bandung:CV  Pustaka Setia.
2.      Budiardjo,Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
3.      http://omlay.wordpress.com/makalah-n-artikel/makalah-sosialisasi-politik/
4.      http://ppkn3b.blogspot.com/2012/02/makalah-sosialisasi-politik.html




[1] Sosiologi Antropologi, Koentjaraningrat. (2003Jakarta: hal 10.)
[2] Dasar-dasar ilmu politik,Budiardjo mirriam.( 2008. Jakarta: hal 16.)
[4] Sahya Anggara, Sistem Politik Indonesia.( 2013. Bandung: hal 122.)
[5] Sosiologi Antropologi, Koentjaraningrat. (2003Jakarta: hal 10.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar